Pagi sekali, bangun dari tidur, saya buka laptop buat melanjutkan tulisan investigasi pelacuran Gedang Sewu, tapi perut lapar sekali. Saya bergegas keluar mencari sarapan bersama teman dan berhenti di rumah makan pinggir jalan, disini lumanyan murah, cukup bawa uang 20 ribu buat berdua. Awalnya baik-baik saja, kami duduk bersabar menunggu makanan diantar. Pesanan saya tiba, ada ayam bakar dan sepiring nasi, minumannya teh hangat. 10 menit kemudian, pesanan teman juga tiba. Betapa menggugah seleranya saya melihat udang goreng dan sotong, rasanya saya mau berteriak "Sedaaap", tapi batal karena melihat ada kol goreng. Bukan cuma aneh, tapi ini merendahkan budaya eropa. Kol ini sejenis kubis, di daratan asli tanaman ini tumbuh, orang-orang memperlakukannya sebagai lalapan mentah, ditumis dan juga dikasih kuah tapi tidak pernah menggorengnya. Bagi orang yang memegang teguh budaya eropa, mungkin akan terkejut saat menemu
In the search of Equilibrium